Teringat waktu kecil saya, setiap tahunnya masjid kecil yang
ada di kampung saya itu merayakan Maulid kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam. Semua warga menyambut suka cita, mereka sangat antusias dengan
mempersiapkan segala keperluan maulid. Dibuatnya songkolo’, telur rebus warna warni, berbagai macam kue
traditional serta pernak pernik pendukungnya.
Saya sebagai anak-anak tentunya menyambut perayaan tersebut
dengan suka cita, dipikiran kami waktu itu adalah makan-makan dan menyaksikan sajian
hiburan pada saat maulid.
Alhamdulillah….sekarang itu tidak terjadi lagi. Berawal ketika
saya mendengarkan ceramah dari ustadz tentang esensi dari kecintaan Nabi, yang
intinya cinta kepada Nabi itu cukup dengan menjalankan apa yang Nabi
perintahkan dan Menjauhi apa yang Nabi larang kepada kita.
Muncul pertanyaan dibenak saya “bukannya Maulid itu bentuk
cinta kepada Nabi?”. Pertanyaan saya terjawab sudah ketika saya menemukan fakta yang mencengankan bahwa Nabi kita itu
lahir pada tanggal 09 Rabiul awal bukan 12 Rabiul Awal, sementara beliau wafat
tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah. Loh?
Rasa kaget saya tidak sampai disini saja, ternyata Maulid
pertama kali dilaksanakan oleh orang Yahudi dengan alas an merayakan wafatnya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tepat tanggal 12 Rabiul Awal lalu kebiasaan
ini juga dilaksanakan oleh sekte yang sangat memusuhi Islam yakni agama Syi’ah.
Nah…karena fakta inilah saya tidak lagi merayakan Maulid. Lagian
Nabi semasa hidup belia tidak pernah merayakan ulang tahun beliau, belum lagi
sahabat/murid beliau yang paling dekat dan cinta kepada beliau, sekalipun tidak
pernah merayakan Maulid itu.
So..sobat mari mencintai Nabi sesuai cara Nabi mengajarkan
kita mencintainya.
Wallahu a’alam (ST).
0 komentar:
Posting Komentar