Suhu Politik mulai memanas, Makassar menjadi sorotan karena sebentar lagi Makassar akan melakukan Pemilihan Walikota. Maka ramelah orang-orang yang dulunya hanya diam terbelenggu menjadi sibuk atau sok sibuk atau malah memanfaatkan moment ini untuk pasang dada mengusung calonnya masing-masing. Mulailah permainan Politik itu.
Makassar yang merupakan salah satu Kota Metropolitan menjanjikan banyak potensi didalamnya maka tidak salah jika hampir semua orang berebut memperjuangkan tanta tertinggi dalam pemerintahan Kota Makassar. Tercatat 10 pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota yang bersaing memperebutkan tahta itu, bahkan terdapat dua calon dari kaum hawa yang siap jadi Ratu selama 5 tahun lamanya. Maka ramailah janji-janji para calon tersebut mewarnai setiap aksinya diatas pentas politik ini.
Terdapat calon yang menjanjikan para pendeta untuk memuluskan kunjungannya ke Israel (negara paling kotor buat saya saat ini), ada juga calon walikota yang menjanjikan akan mempermudah perijinan pendirian gereja dan seabrek janji-janji lain. Ada janji yang cukup berbobt buat saya adalah dari pasangan nomor urut 6 yang menjanjikan dana bantuan modal usaha bagi tiap KK sebanyak 10 juta rupiah? Masuk akal? Sejenak saya berpikir, bisa jadi karena dana yang mengendap yang seharusnya untuk rakyat jika dikalkulasikan dengan jumlah penduduk Kota Makassar, maka dana tersebut mencukupi tiap KK-nya. Saya kampanyae? Bukan…tapi saya sedikit berbagi.
Black Campaign, yah…jenis kampanye ini juga turut meramaiakan kontes Raja dan Ratu Kota Makassar. Satu sama lain saling menuding, saling membuka aib dan seterusnya. Calon ini koruptorlah, punya ini dan itulah. Ada juga yang ingin menjatuhkan pasangan yang lain dengan menuduh sebagai teroris. Saya sebagai Ummat Islam tersinggung dengan isu teroris ini karena yang diberikan label itu adalah pasangan yang orang-orang mengenalnya sebagai Ustad dan Dai Kondang. Loh kenapa tersinggung? Yah…karena seolah-olah orang islam itu identik dengan teroris. Apakah saya kampanya? Kalau saya memperjuangnkan hak orang muslim, apakah saya kampanye?
Sosok Walikota adalah penentu beberapa kebijakan dalam wilayah Makassar, tentunya sebagai Kota Serambi Madinah kita tidak ingin dipimpin oleh Pemimpin yang berlatar belakang Liberal, Sekular, Tidak beriman kepada Allah dan Pemimpin yang pro dengan agenda-agenda perusak akhlak. Kita tentunya mendambakan Walikota yang mampu menjaga keutuhan Kota Serambi Madinah ini, Walikota yang menjaga keseimbangan manusianya, Walikota yang menjaga hak-hak non Muslim dan Walikota yang mendukung agenda-agenda syiar kebaikan.
Tentunya jika kita mendapatkan dari 10 calon Walikota itu dengan kriteria lebih banyak kebaikan yang bisa didapatkan ketimbang keburukan yang diperoleh, kriteria Pemimpin yang lebih Produktif, Pemimpin yang anti Sekular, Liberal, Syi’ah dan aliran menyimpang. Kemudian kita mendukungnya dengan harapan mennghindari kemudhoratan yang lebih besar! Apakah itu yag disebut “Politik Praktis”
Ketika kita mengajak orang bersatu memlih pemimpin yang pantas, apakah itu “Politik Praktis”.
Atau inginkah anda dipimpin oleh Pemimpin yang Liberal? Pemimpin yang Sekuler? Pemimpin Wanita? Pemimpin yang mempersulit anda dalam Dakwah?
Lalu kenapa anda diam, diam dengan bahaya yang mengancam Kota Makassar
Katanya anda mencintai Mesir, anda mencinta Suriah? Lalu kenapa anda diam dengan kondisi Makassar sekarang?. Loh..apa hubungannya? Bukankan masalah Mesir dan Suriah sekarang itu terjadi karena “Pimpinannya”? mari belajar teman, ambillah pelajaran dari kisah disekitar kita.
“Politik Praktis” begitu gampangnya kata itu terlintas dilisan kita. Anda paham dengan “poltik Praktis”? apakah ketika orang berusaha mencegah kemudhoratan yang lebih besar dengan perkampanye dan menjadi tim sukses dikatakan “Politik Praktis” Breyy…Makassar terancam Breyyy…sadar. Hilangkan egomu sesaat. Kita mau dipimpin oleh Ikhwanul Muslimin atau orang sekuler?
Bagaimana dengan cara-cara mereka dan mulainya berkurang kehati-hatian mereka dalam penerapan syari’at? Ok-lah breyy..kita lepas diri dengan aksi panggung mereka, tepuk tangan mereka, hilangnya muru’ah dan lain-lain. Tapi kita jangan sampai pecah dan melanggengkan paham LIBERAL dan SEKULER mewarnai pemerintahan Kota Makassar.
Jadi Jangan begitu cepat menyimpulkan bahwa itu “POLITIK PRAKTIS”.
Wallahu a’lam (ST).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar