Sebuah kisah pernah telintas ditelinga saya, dimana kisah
itu antara seorang ayah dan seorang anak laki-lakinya. Sang ayah melihat
beberapa hari ini anaknya sering melontarkan amarahnya tanpa sebab, akhirnya sang
ayah menghampiri anaknya tersebut dan duduk disampingnya.
“nak…kenapa beberapa hari ini, ayah lihat kamu kerjanya
marah, marah, marah, dan marah?”. Sang anak hanya terdiam. Ayah kembali memulai
perbincangan “nak..coba kamu membeli beberapa paku dan palu, jika setiap kamu
marah, maka tancapkan satu paku ini ditembok belakang rumah, jika marah kamu
sudah redah maka cabutlah satu persatu paku yang sudah kau tancapkan itu”.
Hari berlalu, sang ayah melihat perilaku anaknya yang sudah
mulai redam “nak…bagaimana sudah agak tenang?”. “Alhamdulillah yah..” timpal
sang anak. “bagaimana pakunya, sudah tercabut semua?” sambung sang ayah. “iya
yah…”.
“nak sekarang perhatikan tembok itu, walaupun paku yang kamu
tancap sudah kamu cabut kembali, tetapi bekasnya itu masih ada nak… begitulah
nak jika marah dan meluapkan emosi kepada orang lain maka tentulah orang
tersebut merasa sakit hati” ayah melanjutkan nasehatnya.
sang anak menimpal “tapi kan saya sudah minta maaf yah…” .
ayah menghela nafas dan melanjutkan nasehatnya “nak…coba perhatikan tembok yang
pakunya telah kamu cabut itu, berbekas bukan?, begitulah nak jika kita
meluapkan emosi kita kepada orang lain walaupun kita sudah minta maaf dan
diapun memaafkan kita, tapi bekas itu masih tetap ada dalam hatinya”
ayah memandang wajah anakknya dengan penuh kasih sayang “
untuk itu nak, jika amarah menyerang diri kita, maka bersabarlah dan mohonlah
perlindungan kepada Allah dari syaithon laknatullah”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “sesungguhnya
marah itu dari syaithon dan syaithon terbuat dari api. Dan api itu hanya bisa
dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, jika seorang diantara kamu marah maka
berwudhulah” (HR. Abu Dawud)
Wallahu a’lam (ST)
Cat : ilustrasi diatas sebagian adalah tambahan dari penulis
0 komentar:
Posting Komentar