Refleksi dari Sebuah Komitmen


Seseorang yang akan menganut agama Islam diharuskan mengucapkan syahadat Laailaha Illallah. Sebuah kata yang sangat ditakuti oleh kaum quraisy di jaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sebuah kalimat yang dengannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diusir dari negeri kelahirannya.

Seorang Muslim ketika mengucapkan kalimat yang mulia ini seyogyanya akan mendapatkan perubahan besar dalam hidupnya. Kalimat ini akan memuliakan orang yang dianggap hina, lemah menjadi kuat dan bodoh menjadi berilmu.


Sejenak mari kita kembali mengingat makna dari kalimat yang mulia. Laailaaha Illallah, tidak ada Tuhan yang berhaq disembah selain Allah. Dari kalimat ini bermakna akan penafian (peniadaan) ketuhanan seluruh makhluk selain Allah. Selanjutnya kalimat ini juga mengandung makna penetapan ketuhanan hanya untuk Allah, Dialah Tuhan yang Haq dan selainnya itu adalah batil.

Dengan memahami kalimat tersebut maka akan memunculkan salah satu konsekwensi bahwa kita harus beribadah hanya kepadaNYA dan tidak mensyarekatkanNYA dengan sesuatu. Sebagaimana apa yang kita minta kepadaNYA dalam Al Qur’an Surah Al Fatihah “iyyaakana’ budu Waiyyaakanasta’iin”.

Kalau sudah berkomitmen lantas mengapa kita masih turut meramaikan acara Natalan kaum Nasrani? Mengapa kita masih mengucapkan Selamat atas hari raya mereka?. Loh.. bukannya itu bentuk toleransi?

Sekarang mari kita lihat ada apa dengan 25 Desember. Buat mereka 25 Desember adalah hari kelahiran Yesus yang patut untuk dirayakan. Siapa itu Yesus? Mereka meyakini (ini aqidah mereka) bahwa Yesus adalah Tuhan yang harus disembah dan Yesus adalah anak Allah. Maha Suci Allah atas perkataan mereka.

Bukankah itu kesyirikan besar? Apakah kita ingin mengucapkan selamat dan membantu acara kesyirikan mereka? Lalu mana komitmen kita? Bukankah Allah tidak mengampuni dosa syirik besar itu jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat bertobat? Lantas mengapa harus lagi-lagi turut serta dalam acaranya?

Allah punya anak bernama Yesus?, Allah sangat murka dengan hal ini. Allah berfirman dalam Surah Maryam ayt 88-93 yang artinya :

"Dan mereka berkata: '(Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menganggap Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak mungkin bagi (Allah) Yang Maha Pengasih (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba."

Nah loh, bukanakah secara tidak langsung orang yang turut merayakan dan mengucapkan selamat Natal berkata seperti ayat diatas? Toleransi? Tidak! Toleransi dalm muamalah, ok..ok…saja, tapi dalam hal aqidah tidak, titik!

Jadi, jangan latah..seorang Muslim memiliki komitmen yang jelas “Tidak ada Tuhan yang berhaq disembah kecuali Allah” Wallahu a’lam (ST).















0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © ZONA 554