Beberapa waktu yang lalu, saya melihat seorang pria yang masih muda (bukan sangat muda yah). Dengan kelemahan fisiknya (karena sakit) dia tetap mengacungkan langkahnya untuk meraih sebuah cita-citanya. Wajahnya yang begitu pucat –pertanda staminanya masih drop- tidak menyurutkan tekadnya untuk tetap melangkahkan kakinya. Tak ada motor pinjaman, tak ada motor tumpangan yang ada hanya mobil angkot yang penting bisa sampai ditempat tujuan. Yah…walaupun harus menenpuh perjalanan panjang, walaupun harus melewati kemacetan panjang yang sudah menjadi hiasan di kota ini, hal itu sama sekali tidak menyurutkan semangatnya sedikitpun. Lagi-lagi karena sebuah lingkaran kecil.
Dilain waktu saya menyaksikan seorang pemuda (lagi-lagi pemuda) memacu kendaraannya disiang hari bersama sinar terik matahari sebagai teman setianya (klo hujan gimana yah??) dan sekali-sekali debu kota (bukan debu desa) juga setia menemaninya. Dengan berjuta harapan dan cita-cita tentang lingkaran kecil itu, membuatnya sampai di tempat tujuan tanpa menyadari siapapun yang ada disekitarnya. Harapan dan cita-cita itupun sempat sirna ketika didapatinya ruangan begitu sepi tanpa seorangpun yang menyambutnya, tidak ada senyuman hangat yang akan menghapus semua kelelahannya. “itu hanya sementara, sabar” (katanya dalam hati sekedar untuk menghibur diri)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami anugrah dengan hadirnya lingkaran kecil itu.
Saya yakin -Insya Allah- suatu saat lingkaran kecil itu akan menjadi lingkaran besar. Ini bukan mimpi tapi ini adalah cita-cita.
0 komentar:
Posting Komentar