Sebuah kisah pernah telintas ditelinga saya, dimana kisah
itu antara seorang ayah dan seorang anak laki-lakinya. Sang ayah melihat
beberapa hari ini anaknya sering melontarkan amarahnya tanpa sebab, akhirnya sang
ayah menghampiri anaknya tersebut dan duduk disampingnya.
“nak…kenapa beberapa hari ini, ayah lihat kamu kerjanya
marah, marah, marah, dan marah?”. Sang anak hanya terdiam. Ayah kembali memulai
perbincangan “nak..coba kamu membeli beberapa paku dan palu, jika setiap kamu
marah, maka tancapkan satu paku ini ditembok belakang rumah, jika marah kamu
sudah redah maka cabutlah satu persatu paku yang sudah kau tancapkan itu”.